Langsung ke konten utama

Postingan

Janganlah kamu menghakimi!

Matius 7:1-5 Tampaknya, melihat kesalahan orang lain merupakan tindakan yang paling mudah kita lakukan. Dan dapat dipastikan bahwa betapa sulitnya melihat, apalagi mengakui kesalahan diri sendiri. Kita dapat belajar dari gambaran sombolis ketika kita menuding orang lain bersalah. Bukankah tudingan itu kita lakukan dengan mengarahkan satu telunjuk kepada yang lain, dan tanpa kita sadari keempat jari lain ternyata mengarah kepada diri kita sendiri? ”Janganlah kamu menghakimi!” Itulah yang dikatakan Yesus. Pertama-tama yang dikecam bukan tindakan menilainya, tetapi menilai dengan keliru. Dengan ungkapan lain, jngan kamu mempunyai kebiasaan menghakimi, mencari-cari kesalahan orang lain. Praksisnya bahwa orang boleh saja menghakimi tetapi dengan cara benar dan adil. Hakimilah orang lain seperti kamu mau dihakimi oleh orang lain juga. Atau berikan kritikan, atau evaluasi, atau penilaian, sama seperti kamu mau dikritik, dievaluasi atau dinilai. Benar bahwa “penghakimanmu adalah jendela
Postingan terbaru

Pikullah Kuk yang Kupasang dan Belajarlah pada-Ku

Mat. 11:25-30 Kuk adalah gandar, palang kayu yang memiliki lengkungan diatasnya yang dipasangkan ke leher kedua hewan ternak (keledai, lembu, kerbau) supaya lebih ringan menarik kereta, muatan pedati atau membajak tanah. Kuk adalah gandar yang biasa dipasang pada leher  untuk menarik . Artinya bahwa di satu sisi bahwa kuk sebuah beban tetapi di sisi lain juga sebagai sesuatu yang mempermudah atau membuat beban menjadi ringan. Kuk dalam tradisi orang Yahudi menggambarkan atau mengekspresikan penyerahan diri kepada Allah (submission to God). Orang Yahudi biasanya berbicara mengenai kuk hukum, kuk perintah Allah, kuk kerajaan, dan kuk Allah. Bagi Yesus, kuk yang akan dipikulkan atau dipasangkan kepada kita adalah mudah, juga bisa berarti “pas” atau “cocok”. Dengan mengenakan yuk yang Yesus pasangkan kepada kita, Tuhan Yesus sebenarnya mengundang masing-masing kita untuk menyatukan diri denganNya. Dia juga berkata bahwa “bebanKu ringan”. Seperti seseorang yang menggendong orang yan

Katakanlah secara Sederhana Isi Hatimu.

Tuhan Yesus dalam SabdaNya hari ini mengajar kita para muridNya untuk berdoa. Yesus berkata, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah...Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kamu meminta kepadaNya.” Tentu saja Yesus mengharapkan agar para kita para muridNya dapat berdoa bukan dengan kata-kata yang panjang tetapi dengan penuh penyerahan diri, pasrah pada Bapa di Surga.  Allah Bapa begitu baik dan sayang akan kita anak-anakNya dan Dia tahu serta peduli dengan anak-anakNya. Yesus mengajar dalam doa kita untuk menyapa Allah sebagai “Bapa, maka dalam doa kita menyebutNya "Bapa kami”. Dalam doa Bapa kami yang diajarkan Tuhan Yesus pada kita terdapat tujuh intensi antara lain: Dimuliakanlah namaMu, Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga, Berilah kami makanan kami yang secukupnya, Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami, Jangan membawa kami ke dalam

Doa, Derma dan Puasa

 Mat. 6:1-6,16-18 Tuhan Yesus melalui SabdaNya hari ini memberikan tiga hal yang menjadi bagian penting dalam hidup beriman kristiani, adalah memberi sedekah, doa dan puasa. Ketiga hal ini kita hayati semata-mata hanya untuk kemuliaan nama-Nya yang kudus. Berdoa, artinya mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan dengan kesederhanaan dan ketulusan hati kita. Tidak sedikit orang berpikir bahwa berdoa itu harus dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar, puitis dan menarik perhatian banyak orang. Tuhan tidak melihat hal lahiriah seperti itu. Ia melihat keterbukaan dan kesungguhan hati kita untuk bersatu dengannya. Dengan kata lain: janganlah munafik kalau anda berdoa! Memberi sedekah, artinya memberi sedekah dengan sembunyi, tanpa mencanangkan karena Bapa melihat yang tersembunyi akan membalasnya. Ini adalah simbol kesahajaan dan kerendahan hati di hadirat Tuhan. Tidak semestinya bila kita menghitung-hitung apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan dan sesama.  Berpuasa

Merindukan Roti Surgawi

Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, dan kita memasuki hari yang ke 5, Novena Hati Kudus Yesus. Mari kita mendengarkan dan merenungkan Injil Tuhan menurut St. Yohanes 6:51-58 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan

Berjuang dan berkorban

Yoh 10:22-30 Sabda Tuhan setiap saat senantiasa mngarahkan kita para pembaca dan pendengarnya, pada luhurnya nilai pengurbanan diri. Marilah kita selalu belajar dari Yesus yang mengurbankan dirinya bagi kita. "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yoh 10:28). Dalam Kisah Para Rasul, Lukas juga menasihatkan bahwa Para Rasul yang menderita penganiayaan tetapi tetap berani mewartakan Injil. "Banyak saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. ... mereka ini memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Tangan Tuhan menyertai mereka" (cf. Kis 11:19-26). Kita tahu bahwa pada waktu itu orang-orang Yahudi menghadapi Yesus dengan sikap bimbang, penasaran dan ragu. Seakan mereka tidak pernah melihat Yesus berkarya atau mendengar Yesus mengajar. Mereka lalu mendatangi Yesus, mendesak Dia untuk segera menyingkapk

Belajar dari kepemimpinan Yesus

Yoh 10:1-10 Yesus menggunakan perumpamaan pintu untuk mejelaskan diriNya sebagai Gembala yang menuntun para domba masuk dalam rumah surgawi. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu”. Mengapa Yesus memilih pintu dalam perumpamaanNya? Kita tahu bahwa pintu berarti tempat kita keluar masuk suatu ruangan. Pintu adalah penghubung antara suatu ruangan dengan ruangan yang lain. Pintu juga diartikan sebagai suatu legalitas. Kalau kita melewati pintu berarti kita masuk secara ”resmi” kita aman dan diakui keberadaan kita. Jika hari ini Yesus menyebut diri sebagai pintu, ini berarti Yesuslah penghubung sekaligus legalisasi atau jalur yang aman bagi kita untuk menuju ke Bapa di surga. Yesuslah kebenaran dan jalan keselamatan bagi kita. Selain itu, sebagai gembala yang baik, Yesus sungguh dekat dengan kita para domba-Nya. Ia mengenal satu demi satu domba-domba-Nya. Ia pun hafal nama kita masing-masing. Ia akan menuntun kita satu per satu keluar menuju keselama